Renaisans Perkotaan

Eko BudihardjoGuru Besar Arsitektur dan Perkotaan Universitas Diponegoro; Anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Indonesia
Kompas, 9 Maret 2011

Prof Eko Budihardjo
Berita tentang kemubaziran dana rakyat triliunan rupiah akibat telantarnya ribuan unit rumah susun sewa di DKI Jakata (Kompas, 1-2 Maret 2011) sungguh terasa amat menyesakkan dada.

Betapa tidak. Begitu banyak saudara kita sebangsa dan setanah air yang masih tinggal di kolong jembatan, sepanjang tepi rel kereta api, bahkan di kuburan, dengan kondisi mengenaskan. Kok, bisa-bisanya di negara Pancasilais ini ada 74 dari 78 menara kembar rumah susun yang sudah terbangun ternyata mangkrak atau telantar. Kendalanya, menurut pihak berwenang, karena tak tersedia prasarana (infrastruktur) seperti air bersih dan listrik, serta sarana pendidikan dan akses transportasi.

Ajaib betul. Bagaimana mungkin rumah susun dibangun tanpa kelengkapan air bersih dan jaringan listrik. Orang pasti geleng-geleng kepala tak habis pikir mendengar adanya rumah susun di Kemayoran yang tak bisa dihuni karena lift yang dijanjikan Pemprov belum juga dipasang. Menyebalkan, menggelikan, sekaligus memalukan kisah tragis ini terjadi di ibu kota negara di era milenium ketiga. Bukan di kota kecil terpencil.
Lanjutkan membaca “Renaisans Perkotaan”