Boog Kotta Leiding – Saat Kota ini Bercerita tentang Air

KITA – Kota Ini berceriTA

Aku, Air dan Kotaku

23 Desember 2017

Awal dari sebuah proses menumbuhkan. Bermula dari hal sederhana. Berpikir sederhana. Dilakukan dengan sederhana. Semuanya dibiarkan mengalir apa adanya. Waktu yang akan menjawab, apa dan bagaimana KITA.

Melihat air sebagai salah satu faktor penentu kehidupan. Melihat air sebagai salah satu faktor dimulainya peradaban. Namun KITA juga tak bisa abai dengan air sebagai salah satu faktor penentu.

Untuk tahap awal ini, mengajak pelajar (dalam hal ini siswa siswi SMAN 1 Magelang) agar lebih mengenal kotanya. Kegiatan ini juga merupakan bagian dari penggalakan budaya literasi. Memaknai literasi bukan semata-mata secara tekstual saja namun juga kontekstual.

Air dipilih sebagai tema pertama, karena benang merahnya dengan kehidupan dan peradaban. Pemilihan lokasi-lokasi yang memiliki kaitan dengan sejarah, hanyalah pintu masuk untuk lebih mengenalkan siswa siswi kepada kotanya.

Aku, Air dan Kotaku. Ini tentang KITA. Kota Ini berceriTA.

Kegiatan ini dilakukan oleh Gladioolers (Alumni SMA Negeri 1 Magelang) dan Gladiator (siswa siswi SMA Negeri 1 Magelang)

KITA

 

 

Bagaimana sejarah air dan kaitannya dengan keberadaan Kota Magelang?

Silakan unduh link di bawah ini

Boog Kotta Leiding

Iklan

House of Sampoerna, dari Pabrik Rokok Hingga Museum

Bagian depan Museum House of Sampoerna
Bagian depan Museum House of Sampoerna
Membuka lembar sejarah tembakau, kretek dan rokok di Indonesia amatlah panjang. Ada banyak tempat untuk melihat bukti sejara itu salah satunya adalah House of Sampoerna di Jl Taman Sampoerna 6, Surabaya. Bangunan yang dulunya gedung bioskop ini telah disulap menjadi sebuah kompleks museum yang memesona. Tak heran tempat ini pernah dinobatkan menjadi museum terfavorit kategori seni dan budaya oleh sebuah majalah wisata edisi April-Mei 2011. Apa yang menarik dari tempat ini hingga pernah mendapatkan predikat museum terfavorit?

Bangunan berusia lebih dari 140 tahun yang berdiri di lahan seluas 1,5 hektar sayang kalau dilewatkan begitu saja. Ada 3 bangunan yang bisa dinikmati, bangunan utama yang dijadikan museum di bagian tengah serta 2 bangunan kecil mengapit dan dikenal sebagai rumah barat dan timur. Rumah barat (kiri museum) saat ini dipergunakan sebagai rumah tinggal keluarga Sampoerna sedangkan rumah timur (kanan museum) dimanfaatkan untuk café. Bangunan yang saat ini berfungsi sebagai museum dulunya adalah sebuah gedung bioskop bernama Sampoerna Theater. Komedian legendaris Charlie Chaplin tercatat pernah mengunjungi tempat ini saat masih berfungsi sebagai bioskop.

Lanjutkan membaca “House of Sampoerna, dari Pabrik Rokok Hingga Museum”

Menjadi Kota yang Lebih Sehat

Setiap 2 tahun sekali Kementerian Kesehatan merilis daftar kota/kabupaten dengan peringkat kesehatan terbaik dan terburuk di Indonesia. Pemeringkatan didasarkan pada 24 indikator kesehatan yang kemudian dirangkum dalam Indeks Pembangunan Kesehatan Masyarakat (IPKM).

Penghargaan Swasti Saba Wistara tentu membanggakan kota yang mendapatkannya dan perlu diapresiasi. Di sisi lain penghargaan tersebut memerlukan tindak lanjut sebab peringkat yang dikeluarkan Kementerian Kesehatan tersebut cenderung menitikberatkan pada fungsi dan program pelayanan kesehatan kota. Padahal jika merujuk organisasi kesehatan dunia (WHO) maka definisi kota sehat menjadi luas. Ada sebelas prinsip yang ditetapkan WHO untuk menilai apatah sebuah kota layak disebut kota sehat. Pertama, memperhatikan kebutuhan dasar yang meliputi bahan makanan, air, perumahan, pendapatan, lapangan kerja dan keamanan setiap warga kota. Kedua, lingkungan fisik yang berkualitas. Prinsip ketiga adalah ekosistem yang stabil dan terkontrol termasuk di dalamnya adanya perhatian terhadap penghijauan kota. Keempat, ekonomi yang seimbang tanpa ada diskriminasi (termasuk memperhatikan kaum difabel). Kelima adanya komunitas yang kuat dan terjalin hubungan timbal balik saling menguntungkan. Keenam, partisipasi dan peran serta warga kota. Ketujuh, adanya akses yang luas terhadap pelayanan umum, termasuk fasilitas olahraga, tempat rekreasi, pedestrian, gedung sekolah dan pusat kesehatan masyarakat. Kedelapan, layanan publik yang optimal. Kesembilan, kesesuaian (compatible) dengan karakter setempat. Kesepuluh, status kesehatan warga dan prinsip kesebelas adalah adanya kesesuaian dengan budaya.

Prinsip kota sehat menurut WHO ini memiliki spektrum yang lebih luas karena tidak hanya menyangkut fungsi dan program pelayanan kesehatan semata, namun berkaitan pula dengan lingkungan fisik, sosial serta peran serta masyarakat. Bagaimanapun juga sebuah kota dikatakan sehat jika kota tersebut senantiasa mampu memperbaiki kondisi lingkungan fisik dan sosialnya.
Lanjutkan membaca “Menjadi Kota yang Lebih Sehat”

Trowulan, Melacak Jejak Masa Lalu

Slideshow ini membutuhkan JavaScript.

“cak Aji, ayok ikutan jalan2 ke trowulan tanggal 4 desember nanti. ada pak Langit Kresna Hariadi lho :)”,  sebuah pesan yang ditulis teman pada dinding (wall) facebook saya.  Trowulan? Saya mencoba menelusuri  lebih detail isi pengumuman sekaligus ajakan itu. Rupanya teman-teman  Forum Arek Arsitektur (FAA) Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya berniat mengadakan perjalanan menyusuri jejak Kerajaan Majapahit di wilayah Trowulan.  Dalam pengumuman yang disebarkan tertulis bahwa penyusuran ini akan menghadirkan Langit Kresna Hariadi, penulis pentalogi Gajah Mada dan Candi Murca serta Ir Andy Mappajaya dari Jurusan Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nopember Surabaya yang banyak bergelut dengan bangunan cagar budaya.

Menurut rencana rombongan berangkat setelah Shubuh, sekitar jam 4.45 WIB agar bisa menikmati kondisi Trowulan yang berkabut. Sebuah pemandangan yang jarang ditemui bagi kami yang terbiasa  tinggal di Surabaya.  Setelah beberapa saat mengalami penundaan, akhirnya rombongan berangkat dari kampus ITS Surabaya pada pukul 5.00 WIB, beberapa peserta lain berangkat dalam rombongan terpisah. Memang benar, kabut tipis menemani perjalanan kami saat memasuki Trowulan, menambah suasana menjadi makin eksotis.  Konon kabut tipis yang sering menyelimuti Trowulan memberi keuntungan tersendiri karena menjadi sebuah sistem pertahanan alam dan membuat ibukota Majapahit di masa lalu ini makin sulit terjamah lawan.

Lanjutkan membaca “Trowulan, Melacak Jejak Masa Lalu”